Beberapa waktu lalu gw dapat kesempatan untuk pergi ke Tana Toraja, bukan jalan-jalan ya tapi buat kerja (teteup ye). Ini kali pertama gw pergi-pergi jauh sendirian, dan menurut gw sih bukan cuma jauh, tapi jauuuuuuhhhh banget. Waktu denger perintah untuk pergi kesana gw langsung shock. Mikir, gimana caranya untuk sampai di Toraja dengan selamat. Selamat dan ga pake nyasar (karena gw tukang nyasar) :P
Bagi yang belum tahu, untuk sampai ke Tana Toraja kita harus ke Makassar dulu, lalu dari sana kita akan melanjutkan dengan perjalanan darat selama kurang lebih 8 jam.
DELAPAN JAM!
Ngebayangin harus duduk selama 8 jam di mobil dengan medan yang berliku-liku cukup bikin hati gw cenat cenut. Tapi semua rintangan mesti dilibas kan? Supaya hidup ga membosankan
Dan hari yang (ga) dinanti pun tiba....
Gw berangkat dari Jakarta jam 6 pagi dan sampai di Makassar jam 9.50 waktu Makassar (waktu di Makassar sejam lebih cepat dibanding Jakarta). Seharusnya gw naik bus, tapi karena kebaikan hati karyawan kantor yang ada di sana, akhirnya gw dijemput dan kita naik mobil ke Toraja.
Perjalanan ke Toraja itu melewati beberapa Kabupaten yang terus terang ga gw hapal apa aja. Ada Maros, Pangkep, Pare-Pare, Enrekang sampai akhirnya sampai di Toraja.
Awalnya perjalanan masih asik, karena masih ngeliat kota. Lama-lama makin seru (kalau ga mau dibilang horor buat gw) karena kita seperti naik roller coaster tapi berbentuk jalan. Buat gw yang memang ga suka naik roller coaster, ini merupakan siksaan lahir dan batin sodara-sodara :’(
Tapiiiiii....penyiksaan sempat terhenti pada saat gw berhenti di antah berantah (karena gw ga tau apa nama daerahnya) dan ngeliat pemandangan ini...
Gunung ini namanya Buttu Kabobong atau Gunung Nona. Disebut begitu karena kalau dilihat secara seksama bentuk gunung ini terlihat seperti alat kelamin wanita (begitu kata orang-orang di sini, walau gw tetap tidak menemukan di spot mana gunung ini terlihat seperti Miss V).
Sambil menikmati pemandangan ini gw minum Saraba’, ini semacam minuman STMJ gitu deh tapi ditambah santan dan enak banget (langsung ketagihan hahaha). Setelah puas istirahat, lalu kami melanjutkan perjalanan lagi. Perjalanan makin heboh karena sekarang di sepanjang jalan disebelah kanan tuh jurang, jadi mendingan tutup mata aja daripada makin gemeteran.
Akhirnyaaaaa, sekitar jam 8 malam barulah gw sampai ke pintu gerbang untuk masuk ke Tana Toraja. Sayang gw ga punya fotonya, tapi suasana yg gw rasakan cukup berbeda, ga tau kenapa. Setelah masuk pintu gerbang itu, masih ada 30km lagi untuk sampai ke Makale, tempat dimana gw akan menginap.
So, dengan ini hari pertama perjalanan sudah dilalui dengan sukses.
Esoknya, setelah menjalankan tugas negara, gw cuma punya waktu beberapa jam untuk jalan-jalan di Toraja sebelum malam harinya gw akan naik bus ke Makassar. Gw dibawa ke Kete’ Kesu.
Ini adalah sebuah desa di daerah Rantepao yang didalamnya terdapat kuburan-kuburan batu yang menggantung di tebing dan gua. Entah mengapa gw excited banget di sini padahal sejauh mata memandang yang gw liat ya tengkorak-tengkorak manusia. Dan dengan happeningnya gw foto-foto sama mereka semua hahaha
Di situ kita bisa lihat, peti-peti mayat yang dibiarkan saja di tebing atau pun yang ditaruh di dalam gua. Sayangnya gw ga sempet ngeliat lebih dalam ke gua itu, selain karena ga berani juga sih :’D
O ya, sebelum kita masuk lebih jauh ke bagian di mana peti-peti mayat itu berserakan, awalnya kita akan disambut dengan deretan rumah/lumbung yang disebut Tongkonan. Dan menurut gw, ini epic banget!
Tongkonan-tongkonan ini digunakan untuk menyimpan hasil pertanian seperti padi dan bahan makanan lainnya. Kalau pada zaman sekarang, bila di satu rumah terdapat Tongkonan bisa dipastikan dia adalah seorang yang “berada”.
Setelah puas foto-foto bersama tulang belulang itu, gw pergi ke pasar tempat di mana kita bisa beli oleh-oleh yang letaknya di Rantepao. Gw sih ga beli apa-apa, cuma liat-liat aja (karena ada temen yang lebih nafsu belanja dan gw sudah pusing denger dia tawar menawar melulu sedangkan gw ga jago nawar). Tapi paling tidak, seru juga sih jalan-jalan begitu. Hanya sayang, waktu gw sudah hampir habis karena gw sudah harus kembali ke Makassar malam itu juga.
Well, time is up. Saatnya gw mesti cabut dari Toraja. Masih belum puas sebenarnya, tapi gw berjanji akan kembali lagi kesini suatu hari nanti. Pasti.
0 comments