Judul di atas sih basi banget ya..semua juga tau. Tapi beberapa kejadian hari-hari terakhir ini mengingatkan gw kembali ke slogan basi tersebut.
Apa sih sempurna itu?
Semua orang punya definisinya masing-masing tentang sempurna. Ada yang bilang kalau dia kurus, dia pasti sempurna. Ada yang bilang sebaliknya, kalau berat badannya nambah sedikit lagi, pasti sempurna. Ada yang bilang kalau punya pacar ganteng, pasti hidupnya sempurna. Ada yang bilang kalau punya mobil, baru hidupnya sempurna. Macam-macam kan definisi manusia tentang kesempurnaan?
Gw pun sempat masuk dalam pusaran mematikan dalam mencari kesempurnaan. Gw mematok hidup gw sempurna tanpa sadar bahwa standar kesempurnaan yang gw pakai adalah standar milik orang lain. Bahwa kalau sudah punya seperti yang orang lain punya, itu baru namanya sempurna, lepas dari gw suka atau ga suka. Bertahun-tahun hidup dengan gaya macam begitu bikin gw muak dengan drama. Sampai akhirnya gw pun sadar bahwa selama kita masih di bawah matahari, akan selalu ada yang lebih baik dari kita.
Ketika kita berhubungan dengan seseorang pun kadang kita menuntut kesempurnaan. Kesempurnaan yang kadang ga masuk di akal, sampai kita lupa bahwa kita sendiri pun tidak sesempurna itu. Kita mengharapkan seseorang yang selalu dapat membahagiakan kita, mengerti tentang perasaan kita dan lupa bahwa pasangan kita juga manusia. Manusia yang tidak bisa selalu bahagia, manusia yang juga bisa sedih dan merana. Kita menuntut pasangan kita untuk menuruti semua kemauan kita, dan lupa dia juga manusia yang juga sama memiliki keinginan di dalam hatinya. Kita memaksa pasangan kita melakukan apa yang kita inginkan, dan lupa bahwa dia pun punya keinginan untuk melakukan apa yang dia suka.
Menuntut kesempurnaan macam begitu bisa membuat frustasi cenderung mengarah ke depresi. Kenapa? Karena kita bisa menjadi terlalu keras kepada diri sendiri. Kadang memang kita perlu bersikap keras terhadap diri sendiri sebagai suatu dorongan untuk menjadi lebih baik. Namun kita juga harus berpikir jernih, bertindak dengan akal sehat bahwa manusia tercipta dengan keunikannya masing-masing. Manusia diciptakan dengan bakat dan talenta yang berbeda-beda. Kita memang tidak sama. Sempurna itu tidak ada. Sempurna itu hanyalah bagian dari persepsi kita. Cara pandang kita mengenai sesuatu yang terbentuk berdasarkan pengalaman kita masing-masing.
Menurut gw, hidup gw sudah sempurna kalau gw bisa berhasil menamatkan pendidikan S2 kalau bisa S3, karena gw hidup di lingkungan di mana orangtua gw sangatlah menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan. Pengalaman hidup ini akhirnya membentuk pola pikir dan persepsi gw tentang kesempurnaan. Orang lain belum tentu punya pikiran dan pendapat yang sama dengan gw, karena pengalaman hidupnya berbeda. Mungkin buat orang lain yang penting sudah selesai S1 dan bisa kerja itu sudah cukup. Kembali lagi, itu disebabkan oleh sisi persepsi yang berbeda.
So, buat yang masih terobsesi dengan kesempurnaan, ga ada yang salah koq dengan itu. Tapi ingat ya, buat standar kesempurnaan berdasarkan apa yang kamu miliki. Gunakan talenta atau bakat yang ada padamu secara maksimal. Sampai pada akhirnya kamu akan sempurna sesuai dengan apa tujuan Pencipta ketika menciptakanmu.
xoxo
0 comments