Bukan Manusia KW



Udah pada nonton Jurassic World?
Gw sudah.
Selain bring back the memory, gw dapat satu pelajaran lagi.
Bahwa yang asli itu lebih baik.

ASLI. BUKAN KW.

Tanpa bermaksud spoiler, gw mau kasi tau sedikit inti ceritanya. Jadi si Jurassic World ini untuk mendongkrak pengunjung, berusaha berinovasi dengan menciptakan satu spesies dinosaurus yang baru, hasil gabungan dari bermacam-macam DNA binatang. Yang mereka ga tahu adalah, si dino ini malah jadi kayak monster. Coba lo bayangin, dinosaurus bisa berkamuflase di antara pohon-pohon macam bunglon, trus kuat banget kayak T-Rex, pemburu handal macam Raptor, pokoknya serba bisa. Tapi at the end, mati juga dia setelah dikeroyok dino-dino asli (ini spoiler banget ya? Maafkan)

Sama seperti kalau kita beli barang-barang KW, kelihatannya sama bagusnya, sama fungsinya. But deep inside, kualitas yang dipunya sebenarnya jauh berbeda dengan yang asli.

Manusia juga gitu. Banyak yang palsu juga. Kepribadiannya ya, bukan manusia jadi-jadian. Memang secara ilmu psikologi, manusia itu terbagi dari 3 grafik (berdasarkan tes kepribadian DISC – yang ini kalian cari tahu sendiri ya). Di salah satu grafik itu dibilang bahwa manusia itu ada pada saat menghadapi orang lain rata-rata memakai “topeng” atau bahasa psikologinya “persona”.
Wajar sih kalau kita menghadapi orang lain menggunakan “topeng”. Tapi kalau itu terus-terusan kita pakai “topeng”, lama-lama kita akan capek sendiri karena terlalu sering drama. 

Tujuan gw dari nulis tulisan ini sebenarnya untuk mengingatkan. Apa adanya diri kita itu lebih baik daripada jadi manusia KW. Manusia kan sebenarnya diciptakan dengan tujuan hidup yang berbeda-beda. Kalau sama, dunia ini bakal jadi dunia yang monoton kan? Menjadi diri sendiri tanpa menggunakan “topeng” memang ga selalu bisa diterima oleh orang lain. Tapi tujuan hidup kita kan bukan untuk menyenangkan semua orang. Kita punya tujuan hidup lebih besar daripada itu. Kita bukan spesies badut yang tugasnya untuk menghibur orang banyak.


Kenapa kita ga fokus mencari tahu apa yang menjadi kekuatan kita? Kalau ga tahu, coba tanya orang-orang sekitar. Tanya sama mereka, apa sih yang mereka bisa lihat dari diri kita, yang bagus, yang positif.

Dulu gw pikir gw tuh sangatlah berbakat di bidang jahit menjahit. Gw udah punya bayangan pengen banget jadi perancang busana, bikin fashion show, trus jadi famous gara-gara baju gw dipake sama artis-artis. Tapi pas kesini-sini, gw ga mungkin mengabaikan bahwa gw memang ga mampu berada di bidang itu. Kepala gw bikin satu pola baju biasa aja pusing, gimana ceritanya kalau beratus-ratus baju. Bisa aja sih sok-sok bikin dan sok-sok berbakat, kan a la bisa karena biasa. Tapi lama-lama ya gw capek juga drama, lha wong aslinya gw ga gitu. Gw sebenarnya lebih senang berurusan dengan huruf, kata, dan kalimat. Dunia yang kadang orang juga masih pandang sebelah mata. Kata orang “kalau nulis begitu juga gw bisa” sering banget gw denger. Dan itu selalu bikin gw ciut. Gw jadi ga yakin apakah ada orang yang mau baca tulisan gw kalau gw nulis. Gw jadi khawatir dengan gaya bahasa apa yang akan gw pakai kalau gw nulis. Gw juga ngerasa bahwa gw ga “puitis enough” untuk bikin orang termehek-mehek baca tulisan gw, dan masih banyak lagi kekhawatiran yang gw takutkan. 

Tapi ya sudahlah, semua orang kan berhak berpendapat, berhak bicara. But we have to know that we are the only one person yang punya tanggung jawab atas kehidupan kita sendiri. Kita adalah orang yang seharusnya paling tahu, mau jadi apa kita di dunia ini, bukan oranngtua kita, saudara atau teman kita. You only live once dan hidupmu terlalu berharga untuk disia-siakan dengan jadi manusia KW. Be the real you.



xoxo

0 comments