Merhatiin bukan hanya apa saja yang ia atau mereka kenakan, gw juga suka merhatiin tingkah laku orang tersebut.
Kemarin gw nongkrong di Citos. Serasa anak gaul sejagad raya dong ya kalau nongkrong di situ, tapi bukan itu yang jadi fokus gw. Tapi sekumpulan anak-anak ABG yang lagi nongkrong juga.
Kemarin gw nongkrong di Citos. Serasa anak gaul sejagad raya dong ya kalau nongkrong di situ, tapi bukan itu yang jadi fokus gw. Tapi sekumpulan anak-anak ABG yang lagi nongkrong juga.
Lo semua tau kan sekarang banyak banget acara musik tv yang aneh-aneh? Gw ga nonton tv lokal sih gara-gara sangking enegnya. But sometimes, gw ngintip-ngintip juga karena pengen tau hal aneh apa lagi yang terjadi di dunia fana ini.
Nah, kelakuan anak-anak yang kemarin itu mirip banget sama anak-anak ABG yang ngumpul dan bertindak ga jelas di acara tersebut (menurut gw). Mungkin mereka memang disuruh begitu, but I think its a big problem yang semua orang mesti aware. Terutama yang punya anak cowok. Perilaku yang lemah gemulai, alay, dan lebay. Btw, gw nulis ini bukan untuk nge-judge para orangtua ya. But hey, bisa aja this is your child we're talking about.
Am pretty sure Tuhan ga nyiptain sesuatu yang salah. Dan buat gw, ngeliat anak-anak cowok ABG semalam bikin gw miris. Ga cuma di situ, di banyak tempat banyak yang gw liat lebih parah dari itu. Bersikap gemulai melebihi perempuan, menggalau hanya karena hal sepele, ngegambar alis (alis mereka lebih bagus daripada alis gw yang notabene adalah perempuan sejati), nenteng tas lebih anggun daripada yang gw lakukan, bicara dengan mulut yang mencong-mencong ga karuan, dan mungkin kalau perlu mereka bakalan pake BeHa.
Pergaulan buruk merusak kebiasaan yang baik. Itu pasti. Teori mutlak. Berada di mana lo sekarang menentukan hidup lo di masa depan. Gw sama sekali ga habis pikir sama orangtua yang sama sekali ga peduli sama keadaan anaknya yang begitu. Sekali lagi gw ga nge-judge, but am just sad. Mereka ga seharusnya begitu. Mereka harusnya bersikap selayaknya laki-laki, diajari caranya bertanggung jawab, diajari caranya bekerja, diajari cara menghargai wanita dan bukannya bertindak seperti wanita.
Menurut psikologi sosial, perilaku ini namanya konformitas. Zebua dan Nurdjayadi (2001) bilang, “Konformitas adalah suatu tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya tetapi memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu pada anggota kelompok.” Thats why gw bilang, pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik. Those boys ga mungkin dari lahir tiba-tiba bertindak gemulai, lingkungan yang mempengaruhi. But as their parents, harusnya bisa mencegah sebelum semua kejadian itu terjadi. Check regularly temen main anak-anak lo misalnya, what they watched everyday, bagaimana cara mereka merespon sebuah masalah (apakah "drama" atau engga), bisa mengindikasikan bahwa ada yang beres atau ga beres terjadi sama anak lo.
Gw punya temen yang sering galau. One day dia bilang, dia ga tau sekarang orientasi seksnya gimana. Apakah dia masih suka perempuan atau malah sekarang jadi suka sama cowok. Gamang. Usut punya usut, dia memang kebanyakan bergaul sama tipe teman yang memang orientasinya menyimpang, selain karena dia sering banget disakiti perempuan, sampai dia ga percaya lagi apakah ada perempuan yang baik. Sekali lagi, pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik.
Am pretty sure Tuhan ga nyiptain sesuatu yang salah. Dan buat gw, ngeliat anak-anak cowok ABG semalam bikin gw miris. Ga cuma di situ, di banyak tempat banyak yang gw liat lebih parah dari itu. Bersikap gemulai melebihi perempuan, menggalau hanya karena hal sepele, ngegambar alis (alis mereka lebih bagus daripada alis gw yang notabene adalah perempuan sejati), nenteng tas lebih anggun daripada yang gw lakukan, bicara dengan mulut yang mencong-mencong ga karuan, dan mungkin kalau perlu mereka bakalan pake BeHa.
Pergaulan buruk merusak kebiasaan yang baik. Itu pasti. Teori mutlak. Berada di mana lo sekarang menentukan hidup lo di masa depan. Gw sama sekali ga habis pikir sama orangtua yang sama sekali ga peduli sama keadaan anaknya yang begitu. Sekali lagi gw ga nge-judge, but am just sad. Mereka ga seharusnya begitu. Mereka harusnya bersikap selayaknya laki-laki, diajari caranya bertanggung jawab, diajari caranya bekerja, diajari cara menghargai wanita dan bukannya bertindak seperti wanita.
Menurut psikologi sosial, perilaku ini namanya konformitas. Zebua dan Nurdjayadi (2001) bilang, “Konformitas adalah suatu tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya tetapi memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu pada anggota kelompok.” Thats why gw bilang, pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik. Those boys ga mungkin dari lahir tiba-tiba bertindak gemulai, lingkungan yang mempengaruhi. But as their parents, harusnya bisa mencegah sebelum semua kejadian itu terjadi. Check regularly temen main anak-anak lo misalnya, what they watched everyday, bagaimana cara mereka merespon sebuah masalah (apakah "drama" atau engga), bisa mengindikasikan bahwa ada yang beres atau ga beres terjadi sama anak lo.
Gw punya temen yang sering galau. One day dia bilang, dia ga tau sekarang orientasi seksnya gimana. Apakah dia masih suka perempuan atau malah sekarang jadi suka sama cowok. Gamang. Usut punya usut, dia memang kebanyakan bergaul sama tipe teman yang memang orientasinya menyimpang, selain karena dia sering banget disakiti perempuan, sampai dia ga percaya lagi apakah ada perempuan yang baik. Sekali lagi, pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik.
Am so sorry kalau sampai ada yang baca ini dan menjadi tersinggung. Gw sama sekali tidak bermaksud untuk menuduh orangtua tidak peduli atau bersikap sok suci. Am just concern, karena di jaman sekarang peran laki-laki dalam kehidupan sudah mulai menurun. Laki-laki itu kan harusnya jadi pelindung, harus jadi provider, harus jadi motivator, harus jadi pemimpin. Itu sudah kodrati. Can you imagine kalau lo punya ayah yang ga bisa membuat keluarganya merasa aman? Gimana rasanya kalau lo tinggal di dalam keluarga yang ayahnya tidak bisa memimpin dan membawa keluarga ke arah yang baik? Gimana kalau lo punya ayah yang tidak memprovide kebutuhan keluarga dengan cukup? Mungkin lo punya excuse, semua bisa ditake over oleh nyokap, misalnya. Tapi Tuhan menciptakan manusia dengan tanggung jawabnya masing-masing. Dan ada bagian yang ga bisa digantikan, karena bagaimana pun kita akan craving for that needs. Figur seorang ayah.
Jadi remaja di masa kita aja udah susah, apalagi di jaman sekarang. Susah bukan dalam konteks materi ya, tapi susah dalam konteks konformitas kelompok ini. Remaja masih mencari jati diri, "Mau jadi apa gw ini?" Kalau dia tidak dikelilingi oleh lingkungan yang baik, lingkungan yang memotivasi secara positif, maka masa remaja-remaja itu hanya dihabiskan untuk melakukan konformitas tanpa batas. Tidak berbatas karena mereka tidak bisa menentukan apa yang jadi visi dan misi hidup mereka. Mereka hanya melakukan penyesuaian dengan kelompoknya, tanpa mengerti apakah hal tersebut baik atau tidak baik, karena mereka takut dikucilkan kelompoknya. That is so sad.
So, what should we do?
Kita harus tau kalau dari kecil kita belajar dari meniru orang lain. Itu proses dasar pembelajaran.Waktu anak kita mulai bertingkah atau pun mulai meniru perilaku yang menyimpang dari kodratnya, sudah seharusnya kita cegah, bukan menganggap itu sesuatu yang lucu. Membiarkan tanpa membenarkan, salahnya kita memang di situ. We have to teach our kids untuk punya rasa percaya diri akan dirinya sendiri. Stand on their feet. Hal ini mencegah timbulnya rasa takut dicela kalau mereka ga ikut-ikutan apa yang kelompok mereka lakukan. Ajarkan bahwa semua manusia itu unik, bahwa tidak salah untuk menjadi berbeda, bahwa setiap manusia berhak mempunyai pendapat yang berbeda dan menjadi sama tidaklah selalu gaya.
xoxo
0 comments