Marah Yang Elegan


Gw mau ngomongin soal marah.
Soalnya akhir-akhir ini gw lagi sering marah-marah. Mungkin bawan umur hahaha...

Tau sendiri kan perempuan memang ada siklus di mana dia akan merasakan mood swing gara-gara PMS (Premenstrual syndrome). Mungkin gw memang lagi dalam masa itu. Cuma, kayaknya bulan ini bercampur dengan masalah lain sepertinya, makanya sumbu gw cepet banget kebakar.

Gw tipikal yang sangat ekspresif. Kalau senang, gw akan tertawa lebar. Kalau sedih, ya gw nangis. Kalau marah, ya gw marah aja. Menunjukkan perasaan itu bukanlah hal yang haram buat gw.

Cuma akhirnya ada yang komplen soal ini. Soal kalau gw marah. Gw menyadari sih, kalau gw marah, kata-kata yang gw keluarkan akan sangat tajam, ga merhatiin perasaan orang. Excuse gw adalah, ga apa-apa dong gw marah, kan lo udah bikin gw kesel.

Tapi gw mikir lagi, ga seharusnya gw begitu. Kadang  kejadian itu bisa aja terjadi sengaja atau ga sengaja. Kenapa gw ga lebih dulu menarik nafas, memasukkan oksigen lebih ke otak supaya bisa mikir lebih panjang sebelum melakukan sesuatu yang instead bikin orang yang berbuat salah itu mikir soal kesalahannya, malah bikin orang itu jadi marah juga sama gw. Instead masalahnya jadi selesai, yang ada masalahnya makin panjang, ga selesai-selesai.

Mario Teguh bilang : “ Marahlah dengan elegan, sehingga yang  tampil bukan kekasaran tapi ketegasan yang anggun.”

Coba, gimana caranya marah dengan elegan?
Bayangin, lo lagi marah tapi sambil menahan suara untuk ga bicara dengan keras, menahan supaya ga banting barang gara-gara sangking kesalnya, dan menahan mulut untuk tidak memaki.  Padahal orang di depan lo lagi ngeyel setengah mati. Bisa? Jarang yang bisa. Karena itu refleks agresif manusia kalau merasa kesal atau marah.

But yes, we have to learn to control our emotion. Mengutip lagi katanya Pak Mario Teguh yang bilang: “Kedewasaanmu dapat dinilai dari caramu marah. Jangan marah, atau marahlah dengan elegan.”

Jadi gimana dong caranya marah dengan elegan?
Marah dengan elegan bukan berarti kalau kita mau marah kita mesti dandan a la Audrey Hepburn gitu deh ya. Marah dengan elegan itu menurut gw adalah marah dengan sikap dan pemilihan kata-kata yang baik. Marah yang elegan itu hanya mampu dilakukan oleh orang yang benar-benar sangat dewasa secara mental. Karena hanya orang yang dewasa secara mental yang mampu mengontrol emosi, pikiran dan perbuatannya. Orang yang dewasa secara mental mampu menahan, atau bahkan ga bakal terpancing sama keadaan yang bikin emosi negatifnya keluar. Orang yang dewasa juga ga akan lepas kontrol karena bukan emosi lagi yang menguasai dia, tetapi akal sehat.

Marah itu termasuk dalam emosi yang naturally memang ada di dalam diri kita. Tapi tau ga, kita marah, bahkan sedih atau pun gembira itu semua disebabkan oleh karena kita sendiri yang mengambil keputusan untuk merasakan perasaan tersebut.  Seorang filsuf dari Yunani, Epictetus bilang: “Men are disturb not by events, but by the views which they take of them.”
Dari sisi mana kita mau melihat suatu kejadian, its a matter. Bukan kejadian itu yang menentukan reaksi kita.
Mungkin pacar lo lupa sama ulang tahun lo, lo marah. Tapi, kalau lo liat dari sisi yang lain, bahwa mungkin aja dia memang sibuk banget sama kerjaannya atau apa pun lah yang mungkin terjadi pada saat itu, lo sebenarnya mampu koq untuk menahan emosi negatif lo dan membiarkan akal sehat yang mengambil alih semua tindakan lo.

Psychologyst Amerika, Albert Ellis bilang bahwa masalah emosi itu biasanya disebabkan karena pikiran yang irasional. Pikiran yang negatif mengenai suatu kejadian. Sama seperti contoh di atas, karena lo cuma mikirin diri lo sendiri, lo ga mau memperhatikan kemungkinan-kemungkinan lain mengapa pacar lo bisa lupa ulang tahun lo. Kan bisa aja selain dia sibuk, mungkin dia habis kena marah sama bosnya misalnya, atau dompetnya hilang, atau yang lain-lainya. Dia kan manusia juga yang punya perasaan dan bisa mengalami kejadian yang buruk juga.

So, yang harus kita lakukan untuk mengatasi perasaan marah, adalah kita harus melatih supaya pikiran kita berpikir secara rasional. Pikiran rasional, atau kalau Albert Ellis bilang Rational Thinking itu berfokus pada sifat menerima, yang akan membantu kita menyeimbangkan perasaan yang timbul yang diakibatkan oleh suatu kejadian yang sebenarnya tidak kita harapkan terjadi, atau yang bisa membuat kita emosi. Untuk bisa berpikir secara rasional dalam keadaan marah atau kesal biasanya sangat susah dilakukan, apalagi kalau kita punya kepribadian yang agak-agak drama. Ga gampang, tapi bisa. Kuncinya latihan terus. Berlatihlah untuk mengontrol emosi kita dengan meningkatkan level kita dalam menerima segala sesuatu. Menerima bahwa semua orang bisa berbuat salah sama seperti kita. Menerima bahwa ada keadaan yang tidak diinginkan bisa terjadi. Jadi, suatu hari kita akan bisa marah dengan cara yang elegan, yang ga kasar dan brutal. Karena pepatah bilang, “Ala bisa karena biasa.”

" People and things do not upset us. Rather, we upset ourselves by believing that they can upset us."
- Albert Ellis-




xoxo

0 comments