Melihat Ke Atas

Ke atas. Di atas. Biasanya posisi ini menunjukkan sesuatu yang lebih. Lebih tinggi, lebih besar, lebih baik.
juga, kalau ada seseorang yang terlalu melihat ke atas biasanya dianggap sombong, ga down to earth, atau malah terlalu banyak bermimpi.
Gw justru ga terlalu setuju sama pendapat kayak gitu. Ya, memang kita harus jadi orang yang rendah hati. Bahwa kehidupan bukan hanya tentang keadaan yang di atas saja, tapi kita juga harus memperhatikan kehidupan yang di bawah kita juga. Keadaan di bawah kita mengingatkan kita untuk selalu bersyukur. Bersyukur dengan apa yang kita punya sekarang, yang belum tentu dimiliki oleh orang lain.

Tapi dengan melihat ke atas itu bukan juga sesuatu yang negatif koq. Melihat ke atas bisa jadi lecutan motivasi supaya kita mau berusaha untuk menjadi lebih baik lagi, lebih sukses lagi. Kalau kita cuma melihat ke bawah, lalu hanya bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang atau pun yang sudah kita raih sekarang, terkadang kita malah jadi cepat merasa puas dan malah jadi malas untuk berusaha lagi karena merasa sudah cukup. Padahal, selama kita hidup, kita punya kesempatan untuk meraih sebanyak-banyaknya, setinggi-tingginya, bermimpi sebesar-besarnya dan berusaha untuk mewujudkan semuanya. Rakus? Bukan. Kita rakus kalau kita mencapai itu semua dengan cara mengambil hak orang lain. Rakus namanya kalau kita mengorbankan orang lain demi kepentingan kita sendiri.

Jadi, lihatlah ke atas. Jadikan kesuksesan orang lain sebagai acuan. Kalau mereka bisa, kenapa kita tidak? Kita diciptakan sama, karena Tuhan tidak menciptakan produk yang gagal. Bahwa Tuhan menciptakan kita dengan tujuan, bukan hidup yang tanpa arah. Asal kita mau, kita pasti mampu.

(catatan sembari melihat hujan yang ga berhenti seharian)




xoxo

0 comments